Showing posts with label bangunan bersejarah. Show all posts
Showing posts with label bangunan bersejarah. Show all posts

Museum Belitung (atau Museum P.N.T.T Tanjungpandan)

Blogger Belitung - Museum Belitung disebut juga Museum Geologi Tanjungpandan ini beralamat di Jalan Melati, dekat dengan Eks. Rumah Tuan Kuase serta Pantai Tanjungpendam, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung. Menurut Buku RINGKASAN PERKEMBANGAN PERTAMBANGAN TIMAH DI BELITUNG yang disusun oleh R. OSBERGER yang diterjemahkan oleh D.S KAMIL Tanggal 1 Maret 1962, saat peresmiannya pada tanggal tersebut, museum ini bernama Museum Perusahaan Negara Tambang Timah (Museum P.N.T.T) Belitung.

Kisah pengeboman Electrische Centrale Manggar Belitung Timur

Blogger Belitung - E.C merupakan kependekan dari Electrische Centrale, yaitu sebentuk Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang pernah dimiliki oleh Belitong. Namun sayangnya PLTD Electrische Centrale ini sudah tidak ada lagi. Yang tersisa hanyalah puing-puing sisa fondasi bangunan tersebut. Pada masa itu, PLTD E.C ini disebut-sebut sebagai PLTD sebesar se-Asia Tenggara!

Benda Cagar Budaya di Belitung dan tantangan terhadap eksistensinya

Dasril Iteza - Keberadaan benda cagar budaya hingga bisa kita lihat, kita sentuh sampai detik ini merupakan bentuk kepedulian terhadap benda-benda cagar budaya oleh pemerintah serta peran serta masyarakat. Di Belitung, terdapat cukup banyak benda cagar budaya. Keberadaan yang sampai sekarang masih terawat dengan cukup baik adalah bukti dari bentuk kepedulian bersama, sehingga warisan tersebut dapat lekang hingga selama dunia ini terkembang.

Bekas Pabrik Keramik PT KIA Keramik Tanjungpandan Belitung

Dasril Iteza - Salah satu saksi sejarah di Pulau Belitong, tepatnya di Kota Tanjungpandan, Kabupaten Belitung yang bisa anda saksikan adalah bekas pabrik keramik PT KIA. Berjarak kurang lebih 200 meter dari Kantor Bupati Belitung di Jl. Ahmad Yani, Kelurahan Lesung Batang. Lokasi bekas pabrik keramik tersebut mudah sekali dikenali dengan dua buah cerobong besar yang menjulang cukup tinggi di halamannya. Pabrik ini dibangun pada tahun 1950-an dengan dua bangunan awal dan kemudian meluas dengan bangunan lain pada tahun 1980-an.

Keramik Belitung hanya tinggal Kaolin Belitung

Dasril Iteza - Tanggal 22 Mei 1976 silam, Tempo pernah memuat berita tentang Keramik Belitung. Pada bagian akhir artikel terulis suatu prediksi “Bukan tidak mungkin pula suatu waktu yang tinggal hanyalah kaolin Belitung, Bukan keramik Belitung”. Predikisi ini terbukti tepat dan menjadi kenyataan sekarang ini.

Sejenak Menikmati Monas (Monumen Nasional) Jakarta

Bangunan Monumen Nasional atau yang populer juga dengan sebutan Tugu Monas adalah monumen peringatan yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai pada tanggal 17 Agustus 1961 di bawah perintah presiden Sukarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli 1975.

Pice Dam

Pice Dam was taken from the name of Sir Vance, a Dutch architect - in Gantung - Belitung; this dam is a remnant of historical building lives on the upper part of Lenggang River in Gantung, Belitung Timur. Not less than 50m in length, was built in the period of 1934-1936. It has 16 gates with the size of each gate 2.5m, from these gates runoff water and forms the waterfalls by 10m high.


In the era when the management of tin mining was carried out by Dutch Private Own Company, NV. GMB, the dam was functioned as a device of controlling water level in purposing to make easy the working system of the dredging-ships to dredge tin ore!

This is just a dam, but during Idul Fitri, there are boat track while you can rent a boat to travel along Lenggang River while the Pice Dam is placed. The Pice Dam was aimed to stock up the water of Lenggang River for tin mining exploitation in the upper course of the river. Lenggang River is the biggest and longest river in Belitung Island with almost half of wide of Belitung Island. Lenggang River is also famous with a specific small fishes called Cempedik.

This fish can only be found in Lenggang River in Belitung Island. They usually appear only during rainy session especially if raining continuously happening in 3-4 consecutive days. People usually catch those fish by a dragnet, and the place is in Pice. There will be hundreds of kilo fish of Cempedik can be catch during a day. This is a small fishes, less than 5 cm long. But, fried Cempedik are some of the most delicious dish from Belitung Island.

Rumah Kapiten Phang Tjong Toen: Benda Cagar Budaya Belitung

Ada cukup banyak bangunan-bangunan bersejarah atau Benda Cagar Budaya di Pulau Belitung. Hal ini sebenarnya bisa menjadikan nilai plus buat anda yang ingin menikmati Pulau Belitung, disamping menikmai alam panorama pantai-pantai berpasir putih yang dipagari oleh bebatuan granit raksasa.

Satu demi satu akan saya coba untuk mengajak anda menjelajahi benda-benda cagar budaya atau bangunan bersejarah yang ada di Belitung, dimana beberapa Benda Cagar Budaya atau bangunan bersejarh tersebut pernah memiliki peranan penting pada puluhan atau ratusan tahun silam di Negeri Laskar Pelangi ini.


Kita mulai saja dengan sebuah bangunan bersejarah yang dinamai Rumah Kapiten Phang Tjong Toen. Bangunan bersejarah atau Benda Cagar Budaya ini merupakan bangunan yang tidak berubah, artinya sejak dahulu memang begitulah bentuk adanya. Jika ditarik pada tahun 2011 ini, maka Rumah Kapiten Phang Tjong Toen telah berusia 143 tahun atau nyaris berusia satu setengah abad! Usia yang sudah ‘cukup’ tua, bukan?

Phang Tjong Toen adalah juru tulis tambang sejak John F. Loudon mulai membuka pertambangan timah di Belitung pada tahun 1853. Dibangun pada tahun 1868; disebut sebagai Rumah Kapiten dikarenakan sejatinya fungsi asli rumah ini adalah Rumah Kapiten. Kini rumah ini masih utuh dan terawat. Kalian bisa melihatnya dalam jepretan photo yang saya ambil tadi siang (16 Mei 2011)!


Yang bisa saya lihat tadi siang; Bangunan Bersejarah Rumah Kapiten Phang Tjong Toen ini memang masih utuh. Meskipun bukan milik pemerintah, namun tetap dirawat oleh keturunanya bernama Ny. Ester Lena.

Karena termasuk benda cagar budaya; Rumah Kapiten Phang Tjong Toen pun Dilindungi oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya.

Meski demikian, jujur harus saya akui bahwa penulusaran yang saya lakukan ini bisa dibilang masih kurang sempurna karena saya belum bisa masuk kedalam bangunan bersejarah ini untuk melihat-lihat dan mengabadikan keadaan dalam ruangan dalam bentuk photo atau mungkin saja dengan video dikarenakan waktu saya yang sempit!

Mungkin pada kesempatan yang akan datang saya akan mencoba untuk menemui keturunan Phang Tjong Toen, Ny. Ester Lena untuk sedikit berbincang dan meminta izin untuk mengabadikan beberapa momen dalam bangunan Benda Cagar Budaya Rumah Kapiten Phang Tjong Toen ini.

Why is Borobudur Temple very special?

Borobudur Temple is the largest Buddhist temple in the world and the most unusual. Borobudur temple complex covers a total surface area of 2,500 m2. There are 2,672 relief panels and 504 Buddha statues. It is built as a single large Stupa and has the form of a giant tantric Buddhist Mandala when viewed from above. Borobudur temple, hence, represents the Buddhist cosmology and nature of the mind.


The magnificent Borobudur temple is the world’s biggest Buddhist monument, an ancient site widely considered to be one of the world’s seven wonders. Built in the 9th century during the reign of the Syailendra Dynasty, the temple’s design in Gupta architecture reflects India's influence on the region, yet there are enough indigenous scenes and elements incorporated to make Borobudur uniquely Indonesian. This awe inspiring monument is truly a marvel. After a visit here you will understand why it is Indonesia’s most visited tourist attraction and a famous icon of Indonesia’s cultural heritage.

Located on the Java Island, Indonesia, the temple sits majestically on a hilltop overlooking lush green fields and distant hills. It covers an enormous area, measuring 123 x 123 meters. The monument is a marvel of design, decorated with 2,672 relief panels and 504 Buddha statues. The architecture and stonework of this temple has no equal. And it was built without using any kind of cement or mortar! The structure is like a set of massive interlocking Lego blocks held together without any glue.

The temple has remained strong even through ten centuries of neglect. It was rediscovered in 1815, buried under volcanic ash. In the 1970’s the Indonesian Government and UNESCO worked together to restore Borobudur to its former majesty The restoration took eight years to complete and today Borobudur is one of Indonesia and the world’s most valuable treasures.

The temple is decorated with stone carvings in bas-relief representing images from the life of Buddha. Commentators claim that this is the largest and most complete ensemble of Buddhist reliefs in the world, unsurpassed in artistic merit.

This monument is both a shrine to the Lord Buddha and a place for Buddhist pilgrimage. The ten levels of the temple symbolize the three divisions of the religion’s cosmic system. As visitors begin their journey at the base of the temple, they make their way to the top of the monument through the three levels of Buddhist cosmology, Kamadhatu (the world of desires), Rupadhatu (the world of forms), and finally Arupadhatu (the formless world). As visitors walk to the top the monument guides the pilgrims past 1,460 narrative relief panels on the wall and the balustrades.

The whole monument itself resembles a giant Stupa, but seen from above it forms a Mandala. The great Stupa at the top of the temple sits 40 meters above the ground. This main dome is surrounded by 72 Buddha statues seated inside perforated Stupa.

Historians suggest that the name of Borobudur comes from the Sanskrit "Vihara Buddha Uhr" or the "Buddhist monastery on the hill".

Walk clockwise as you enter Borobudur and you are going to be amazed by the story told by the relief panels. And even if you’re not a Buddhist, your visit to Borobudur is still going to be a worthwhile one because of the amazing sculptures and artworks.

Jam Gede Belitung: Landmark Kota Tanjungpandan yang telah berubah

Dasril Iteza - Blogger Belitung. Ada begitu banyak situs-situs bangunan bersejarah di Belitung yang telah berubah posisi dari lokasi awalnya bahkan ada juga yang telah hilang tanpa diketahui dimana rimbanya. Diantara semua yang sudah berubah adalah Jam Gede yang ada di Kota Tanjungpandan, Ibukota Kabupaten Belitung. Jam Gede merupakan situs sejarah yang menjadi Landmark Kota Tanjungpandan yang terletak di menara sebuah gedung yang sekarang menjadi Bharata Department Store.

Tugu Batu Prasasti Pionir Penggalian Timah di Belitung

Dulu sewaktu saya masih kecil, sering saya diajak oleh Bapak saya jalan-jalan kearah pusat Kota Tanjungpandan yang ada Jam Gede-nya (Sekarang ini bangunan Jam Gede telah difungsikan sebagai Bharata Departemen Store) dan saya masih bisa melihat Jam Gede yang asli serta di depan halaman bangunan Jam Gede tersebut terdapat tugu batu yang diatasnya ada patung tangan manusia yang sedang memegang sebuah peralatan untuk menggali tanah (dan bukan memegang Parang seperti yang tertulis dalam milis BelitungIsland)! Belakangan di ketahui bahwa pemilik tangan batu tersebut bernama K.A. Jalil atau di kenal juga dengan nama Tuk Jalil (Tuk = Datuk, jadi Datuk Jalil)!


Setelah sekian lama hingga sekarang ini, tugu batu yang memegang alat untuk menggali tanah tersebut sudah tidak bisa anda lihat lagi di halaman Jam Gede atau lebih tepatnya di halaman Bhatata Departemen Store karena pemerintah setempat sudah mebuat pelebaran jalan. Sekarang ini dihalaman tersebut bisa anda lihat replica Batu Satam ditopang diatas Lima Pilar yang konon akan diharapkan dan difungsikan sebagai Landmark Kota Tanjungpandan pengganti Jam Gede yang sekarang ini sudah tidak jelas dimana rimbanya.

Namun, bukan Jam Gede atau Batu Satam yang mengusik perhatian saya, akan tetapi tugu batu dengan sekepal tangan yang memegang alat penggali tanah-lah yang sebenarnya menjadi topic tulisan ini.

Setelah sekian lama mencari-cari, akhirnya saya menemukan bahwa tugu batu dengan sekepal tangan yang memegang alat penggali tanah rupanya telah dipindahkan di depan plang papan nama Museum Tanjungpandan (Museum Geologi Belitung). Disamping itu, di tugu batu tersebut terdapat – yang kalau boleh saya katakana – prasasti yang menjelaskan cikal bakal penambangan Timah di Pulau Belitung yang di pelopori atau di-pionir-i oleh orang Belanda yang bernama: JOHN FRANCIS LOUDON, VINCENT G. BARON VAN TUYUL VAN SEROOSKERKEN serta beberapa nama lain terukir dalam tugu batu prasasti tersebut dalam Bahasa Belanda (lihat gambar dibawah!)



Namun sayangnya, masyarakat Belitung seolah-olah tidak mempedulikan tugu tersebut dipindahkan serta kepedulian kalanggan peneliti atau Sejarawan untuk mengungkap lebih jauh dan lebih dalam asal muasal penambangan timah di Belitung yang telah mengalkan kutukan berupa geroak lobang kolong yang jumlahnya mungkin lebih dari seratus dan menyebar di seluruh daratan Pulau Belitung!

Keterangan:

1). Photo Bangunan Jam Gede di Tanjungpandan warna hitam putih yang didepannya masih ada tugu batu prasasti pionir dengan jam saat photo dibuat menunjukkan waktu pukul 07.30 pagi WIB (atau jam Setengah Delapan pagi) saya dapatkan dari seorang rekan yang berdomisili di Manggar – Kabupaten Belitung Timur! Namun sayangnya, photo tersebut tanpa keterangan tahun pembuatan)

2). Photo-photo berwarna diatas adalah asli jepretan saya sendiri saat saya mengunjungi Museum Tanjungpandan pada Desember 2010 yang lalu!

Istana Bogor - Istana Kepresidenan Bogor

Dasril Iteza - Istana Bogor adalah Istana Presiden atau Istana Kepresidenan Republik Indonesia serta merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia yang mempunyai keunikan tersendiri. Keunikan ini dikarenakan nilai sejarah, kebudayaan dan fauna yang menonjol dimana, disini bisa kita jumpain adanya rusa – rusanya yang indah yang didatangkan langsung dari Nepal dan konon menurut cerita yang berkembang tetap terjaga dari dulu sampai sekarang.

Hubungi Saya

Name

Email *

Message *

Page RankBlogarama - Blogging Blogs
eXTReMe Tracker