Beda Antara Religi dan Magic
Dasril Iteza - Dalam kajian Antropologi baik itu yang meneliti kebudayaan primitif maupun modern tentunya tidak terlepas dari adanya religi dan magic (lihat postingan saya terdahulu tentang sistim sosial budaya yang jumlahnya ada tujuh, salah satu diantaranya adalah sistem kepercayaan).
Sistem kepercayaan kalau dijabarkan dalam arti luas bisa disebut religi atau agama dimana yang mendasarinya adalah emosi manusia terhadap kekuatan-kekuatan adikodrati yang diluar akal serta jangkauan manusia itu sendiri. Lalu apa kaitannya dengan judul diatas?
Religi atau agama atau kepercayaan, baik itu di kebudayaan primitive maupun modern adalah suatu hal yang ada atau mutlak adanya. Dengan adanya agama, manusia menyembah sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan-kekuatan yang tidak bisa dilawan serta tidak bisa deikendalikan, suatu kekuatan yang (dianggap) lebih tinggi darinya. Maka muncullah istilah Dewa, Tuhan atau sebutan-sebutan lainnya yang mendasari religi tersebut. Manusia jadi tidak berkutik terhadap kekuatan-kekuatan religi ini, dan hal inilah yang menyebabkan manusia jadi takluk dan kemudian menyembahnya dan menjadikannya sesuatu yang di-Tuhan-kan atau di-Dewa-kan. Suatu kekuatan adikodrati yang luar biasa. Manusia tidak bisa apa-apa dihadapan kekuatan yang diyakini sebagai religi ini.
Sedangkan Magic, juga merupakan kekuatan supranatural yang merupakan suatu bentuk kekuatan yang luar biasa diluar akal dan kemampuan manusia itu sendiri. Namun dengan magik justru manusia tidak takluk. Akan tetapi mempergunakannya (atau mengendalikannya) sesuai keinginan manusia itu sendri. Dalam istilah magic, kita mengenal istilah magic putih dan magic hitam. Keduanya memakai atau mengendalikan kekuatan supranatural sesuai kehendak manusia itu sendiri. Sehingga dalam ruang lingkup magic, kita mengenal istilah sihir, dukun, paranormal, voodoo, jin, setan serta mahluk tak kasat mata lainnya, yang kesemuanya itu bisa “ditaklukkan” manusia untuk melayani keinginan manusia itu sendiri.
Perbedaan mendasar terletak dalam sifat manusia pada waktu sedang menjalankan agama, manusia bersikap menyerah diri kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, kepada roh nenek moyang; menyarahkan diri sama sekali kepada kekuatan tinggi yang disembah itu. Dalam hal ini manusia biasanya dihinggapi oleh suatu emosi keagamaan.
Sebaliknya, dalam magic manusia bersikap lain sama sekali. Ia berusaha menaklukkan kekuatan-kekutan tinggi dan gaib agar agar dapat dikendalikan sesuai keinginan.
Jadi kesimpulan tulisan ringkas ini beda antara religi dan magic jika disederhanakan adalah kalau religi manusia tunduk dan takluk terhadap kekuatan supranatural atau adikodrati tersebut. Sebaliknya justru magic, dimana kekuatan supranatural itulah yang takluk pada manusia itu sendiri, sehingga manusia bebas untuk mempergunakan kekuatan supranatural sekehendak hatinya.
Sistem kepercayaan kalau dijabarkan dalam arti luas bisa disebut religi atau agama dimana yang mendasarinya adalah emosi manusia terhadap kekuatan-kekuatan adikodrati yang diluar akal serta jangkauan manusia itu sendiri. Lalu apa kaitannya dengan judul diatas?
Religi atau agama atau kepercayaan, baik itu di kebudayaan primitive maupun modern adalah suatu hal yang ada atau mutlak adanya. Dengan adanya agama, manusia menyembah sesuatu yang dianggapnya memiliki kekuatan-kekuatan yang tidak bisa dilawan serta tidak bisa deikendalikan, suatu kekuatan yang (dianggap) lebih tinggi darinya. Maka muncullah istilah Dewa, Tuhan atau sebutan-sebutan lainnya yang mendasari religi tersebut. Manusia jadi tidak berkutik terhadap kekuatan-kekuatan religi ini, dan hal inilah yang menyebabkan manusia jadi takluk dan kemudian menyembahnya dan menjadikannya sesuatu yang di-Tuhan-kan atau di-Dewa-kan. Suatu kekuatan adikodrati yang luar biasa. Manusia tidak bisa apa-apa dihadapan kekuatan yang diyakini sebagai religi ini.
Sedangkan Magic, juga merupakan kekuatan supranatural yang merupakan suatu bentuk kekuatan yang luar biasa diluar akal dan kemampuan manusia itu sendiri. Namun dengan magik justru manusia tidak takluk. Akan tetapi mempergunakannya (atau mengendalikannya) sesuai keinginan manusia itu sendri. Dalam istilah magic, kita mengenal istilah magic putih dan magic hitam. Keduanya memakai atau mengendalikan kekuatan supranatural sesuai kehendak manusia itu sendiri. Sehingga dalam ruang lingkup magic, kita mengenal istilah sihir, dukun, paranormal, voodoo, jin, setan serta mahluk tak kasat mata lainnya, yang kesemuanya itu bisa “ditaklukkan” manusia untuk melayani keinginan manusia itu sendiri.
Perbedaan mendasar terletak dalam sifat manusia pada waktu sedang menjalankan agama, manusia bersikap menyerah diri kepada Tuhan, kepada dewa-dewa, kepada roh nenek moyang; menyarahkan diri sama sekali kepada kekuatan tinggi yang disembah itu. Dalam hal ini manusia biasanya dihinggapi oleh suatu emosi keagamaan.
Sebaliknya, dalam magic manusia bersikap lain sama sekali. Ia berusaha menaklukkan kekuatan-kekutan tinggi dan gaib agar agar dapat dikendalikan sesuai keinginan.
Jadi kesimpulan tulisan ringkas ini beda antara religi dan magic jika disederhanakan adalah kalau religi manusia tunduk dan takluk terhadap kekuatan supranatural atau adikodrati tersebut. Sebaliknya justru magic, dimana kekuatan supranatural itulah yang takluk pada manusia itu sendiri, sehingga manusia bebas untuk mempergunakan kekuatan supranatural sekehendak hatinya.
0 comments :
Post a Comment
komentar dari anda semua adalah komentar yang memiliki relevansi dengan posting artikel diatas dan saya sangat menghargai kunjungan serta komentar-komentar cerdas dari anda semua! Thanks and Happy Blogging