Sifat-Sifat Sosialisasi
Melanjutkan postingan saya beberapa hari yang lahu tentang Sosialisasi dan Peran Media Massa, maka berikut kelanjutannya tentang sifat-sifat sosialisasi. Bahwasanya sosialisasi memiliki sifat-sifat sosialisasai yang terdiri dari tiga sifat utama yang terjabar dalam lingkup psikologi, antropologi dan sosiologi.
Pemahaman tentang bagaimana manusia berkembang dapat dilihat dari sudut bilologis maupun prilaku. Kaitan kedua sudut ini sangat jelas, yaitu bahwa setiap terjadi perubahan secara bilogis pada diri manusia secara umum akan diikuti oleh perubahan karakteristik dan perilakunya. Selanjutnya ketika manusia melewati alur daur hidupnya, manusia juga melewati peran-peran yang baru yang berbda berdasarkan status dan tanggungjawabnya. Jika dilihat dari perpektif individu, sosialisasi membantu manusia untuk berkomunikasi, berfikir, memecahkan masalah dengan teknik yang cocok bagi masyarakat, dan secara umum dapat membuat manusia mampu beradaptasi secara unik dengan lingkungan pribadi manusia. Dengan memahami pandangan tentang masyarakat, maka sosialisasi dapat membawa anggotanya ke dalam suatu proses adaptasi (penyesuaian) dengan aturan social yang ada maupun aturan yang akan diramalkan kemudian [Liliweri – 1991]. Sifat pertama ini bisa juga disebut sifat psikologi.
Yang berikunya adalah sifat antropologi. Masing-masing disiplin ilmu memberikan penjelasan yang beragam tentang bagaimana proses sosialisasi yang dilalui individu dalam hidupnya. Antropologi menggunakan terminlogi enkulturasi yang menerangkan bagaimana awal proses bagaimana seseorang anggota baru dari suatu masyarakat mampu mengambil kemudian menggunakan aspek-aspek lain diluar kebudayaan dan diinternalisasikan (internalized) bagi dirinya dan kebudayaan. Psikologi cenderung melihat sosialisasi sebagai proses seseorang mempelajari, menerima suatu pengaruh stimulus dari luar karena melalui poses ini dia bisa mengontrol keinginan atau bawaan dasarnya kearah yang lebih baik sehingga tidak bersifat merusak. Dengan menggunakan konsep-konsep Id, Ego dan Superego dari Sigmund Freud, maka bisa diterangkan bagaimana individu mengalami proses sosialisasi. Sementara itu ilmu sosiologi melihat bahwa hanya dengang melalui keikutsertaan dalam kelompok social maka seseorang individu bisa menyerap nilai-nilai dan norma kelompok itu. Keikutsertaan itu bisa bersifat membership atau hanya sekedar menjadikannya sebatas kelompok acuan (reference member). Kelompok inilah yang berperan dalam agen sosialisasi. Dalam tataran inilah media massa tercakup.
Kajian tentang bagaimana media massa memainkan peranan untuk mempengaruhi khalayaknya yang membentang dari teori powerfull effect hingga uses and gratification theory disepakati bahwa media memiliki pengaruh tertentu terhadap khalayaknya. Intinya ada efek pesan pada seseorang yang mungkin dikarenakan tingkat pendidikan, usia, pendapatan, norma serta nilai yang mewarnai gaya hidupnya. Untuk itu perlu dipilah efek media yang dimaksud. Ini berarti apabila dimensi waktu yang dipakai untuk melihat efek media, maka efek yang dimaksud apakah bersifat seketika (jangaka pendek) atau bersifat jangka panjang. Dari hasil pengaruh terhadap seseorang dalam jangka panjang, maka sosialisasi dilakukan dalam masyarakat melalui inovasi, injeksi kebudayaan melalui hubungan sosial yang dilakukannya.
Untuk lebih jauh memahami hal tersebut diatas, maka tahap-tahap studi efek komunikasi massa menjadi perlu juga untuk dibahas. Maka dari itu rangkuman pembahasannya akan saya lanjutkan pada kesempatan yang akan datang tentang Tahapan Studi Efek Komunikasi Masa.
Pemahaman tentang bagaimana manusia berkembang dapat dilihat dari sudut bilologis maupun prilaku. Kaitan kedua sudut ini sangat jelas, yaitu bahwa setiap terjadi perubahan secara bilogis pada diri manusia secara umum akan diikuti oleh perubahan karakteristik dan perilakunya. Selanjutnya ketika manusia melewati alur daur hidupnya, manusia juga melewati peran-peran yang baru yang berbda berdasarkan status dan tanggungjawabnya. Jika dilihat dari perpektif individu, sosialisasi membantu manusia untuk berkomunikasi, berfikir, memecahkan masalah dengan teknik yang cocok bagi masyarakat, dan secara umum dapat membuat manusia mampu beradaptasi secara unik dengan lingkungan pribadi manusia. Dengan memahami pandangan tentang masyarakat, maka sosialisasi dapat membawa anggotanya ke dalam suatu proses adaptasi (penyesuaian) dengan aturan social yang ada maupun aturan yang akan diramalkan kemudian [Liliweri – 1991]. Sifat pertama ini bisa juga disebut sifat psikologi.
Yang berikunya adalah sifat antropologi. Masing-masing disiplin ilmu memberikan penjelasan yang beragam tentang bagaimana proses sosialisasi yang dilalui individu dalam hidupnya. Antropologi menggunakan terminlogi enkulturasi yang menerangkan bagaimana awal proses bagaimana seseorang anggota baru dari suatu masyarakat mampu mengambil kemudian menggunakan aspek-aspek lain diluar kebudayaan dan diinternalisasikan (internalized) bagi dirinya dan kebudayaan. Psikologi cenderung melihat sosialisasi sebagai proses seseorang mempelajari, menerima suatu pengaruh stimulus dari luar karena melalui poses ini dia bisa mengontrol keinginan atau bawaan dasarnya kearah yang lebih baik sehingga tidak bersifat merusak. Dengan menggunakan konsep-konsep Id, Ego dan Superego dari Sigmund Freud, maka bisa diterangkan bagaimana individu mengalami proses sosialisasi. Sementara itu ilmu sosiologi melihat bahwa hanya dengang melalui keikutsertaan dalam kelompok social maka seseorang individu bisa menyerap nilai-nilai dan norma kelompok itu. Keikutsertaan itu bisa bersifat membership atau hanya sekedar menjadikannya sebatas kelompok acuan (reference member). Kelompok inilah yang berperan dalam agen sosialisasi. Dalam tataran inilah media massa tercakup.
Kajian tentang bagaimana media massa memainkan peranan untuk mempengaruhi khalayaknya yang membentang dari teori powerfull effect hingga uses and gratification theory disepakati bahwa media memiliki pengaruh tertentu terhadap khalayaknya. Intinya ada efek pesan pada seseorang yang mungkin dikarenakan tingkat pendidikan, usia, pendapatan, norma serta nilai yang mewarnai gaya hidupnya. Untuk itu perlu dipilah efek media yang dimaksud. Ini berarti apabila dimensi waktu yang dipakai untuk melihat efek media, maka efek yang dimaksud apakah bersifat seketika (jangaka pendek) atau bersifat jangka panjang. Dari hasil pengaruh terhadap seseorang dalam jangka panjang, maka sosialisasi dilakukan dalam masyarakat melalui inovasi, injeksi kebudayaan melalui hubungan sosial yang dilakukannya.
Untuk lebih jauh memahami hal tersebut diatas, maka tahap-tahap studi efek komunikasi massa menjadi perlu juga untuk dibahas. Maka dari itu rangkuman pembahasannya akan saya lanjutkan pada kesempatan yang akan datang tentang Tahapan Studi Efek Komunikasi Masa.
0 comments :
Post a Comment
komentar dari anda semua adalah komentar yang memiliki relevansi dengan posting artikel diatas dan saya sangat menghargai kunjungan serta komentar-komentar cerdas dari anda semua! Thanks and Happy Blogging